Wednesday, April 10, 2013

tentang hati.

hati ini mungkin hampir seperti lubang telinga yang lama tak dihiasi dengan anting. lama-kelamaan seakan menutup secara perlahan.. tertutup rapat.
seperti lubang telinga juga yang jika mau dilubangi perlu ditusuk dengan sesuatu yang tajam, dan rasanya... perih!
begitupun hati, semakin mencoba untuk dibuka, semakin perih.. semakin terasa perih akan ketakutan untuk merasakan perih kronis alias perih yang susah sembuh *apasih-_-
well, saya sendiri kurang mengerti dengan kalimat yang saya buat sendiri.

but sometimes.... i miss the days when i used to spend my every single time with a long-romantic-natural conversation.
but i'm still waiting for the real one that i really want.
seperti 2 lubang telinga yang menunggu untuk dihiasi 2 buah anting.

"I learned something. Something about a bittersweet little emotion called love. Love is unplanned. Love never needs a reason. But when love is true, it becomes your reason to live the day.

Yesterday, the day the love was finally gone. But even after it’s been no longer around, it never really leaves. We never really have to stop loving; we just have to learn to live without each other. Love never hurts. To lie, to cheat, and to fool around with other’s feelings does. As long as you have someone to love, be thankful. Because while you have love in your life, some others somewhere else are desperately fighting for theirs.

Love is always a matter of a “when”, not an “if”. I’m glad I had it once, yesterday, with you." - Teritori Olla: Thank You For Loving Me


bubye! :-)

#nowplaying A Thousand Years - Christina Perri

Harapan Itu Menyakitkan

Hey Kaisar,

Aku tidak tahu lagi apa itu harapan. Aku tahu harapan itu indah. Tapi sudah lama aku berhenti berharap. Mungkin lebih baik memulai sesuatu yang baru tanpa harapan. Biarkan semua berjalan sendiri. Let it flow. Selama niat kita baik, semoga semua berjalan dengan baik. Eh, apakah aku baru saja menyebutkan sebuah harapan? Haha... Entahlah. Yang pasti aku tidak mau terlalu sakit ketika harapan yang begitu indah menjadi hancur terberai. Kita ikuti saja skenario Tuhan.

Tahukah kamu, aku terharu membaca puisimu itu. Ataukah mungkin aku terlalu larut dalam perasaan. Tiba-tiba kurasakan mataku hangat.

Tolong, jangan menjanjikanku bahagia. Kita memang belum dipertemukan oleh semesta, namun nanti pada waktunya, kita akan berkata dalam rasa. Membuat semua klise yang ada. Atau kau ingin membuatku mati rasa?

sumber: Teritori Olla