Tuesday, May 14, 2013

adapted from Sedimen Senja's tumblr

Dari Yang Kau Sia-Siakan

Untukmu,

Aku menulis surat ini sebelum hilang, karena tak tahu lagi sampai kapan aku sanggup bertahan dengan kondisi ini. Aku selalu berusaha menggenapimu, menjadi yang selalu kau inginkan setiap waktu. Menjadi penenang dan penyejuk, tentu saja kamu sadar itu.

Kamu selalu mengingkari keberadaanku, padahal tidak pernah sekalipun aku enggan saat kau butuh. Ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan. Tidakkah kau menganggapku penting? Butuhkah kau akan hadirku? Lantas, apa alasanmu selalu menyia-nyiakanku?

Sepertinya memang benar kata orang bijak, saat kehilangan baru kita tahu kadar pentingnya sebuah keberadaan. Aku hanya tidak ingin, kelak kau menyesal dengan pengabaian.

“Kelak jika air yang kita minum adalah air terakhir, baru kita tahu bahwa kita tak dapat memakan uang.” - pernah dengar.

tertanda,

air

Tentang Si Pemendam Rasa

Untuk kamu yang selalu bercerita denganku,

Hari ini aku memutuskan untuk mengirimkan surat padamu, sudah cukup lama memendam perasaan ini begitu lugu. Kamu tahu, bagaimana cinta dapat tumbuh? Dari beberapa kenyamanan hingga waktu seperti hanya sedang berjalan -bahkan merangkak- dibuatnya.

Ini semua tentang kita, tentang kamu yang selalu menghabiskan waktu bercerita tentang banyak hal hingga larut malam. Tentang segala kesedihan dan luka yang seharian kau endapkan. Seringkali ada sebuah kesedihan ketika melihatmu menangis untuk orang yang kau cintai, dan faktanya orang yang kau cintai bukan aku.

Kamu tidak pernah tahu bagaimana aku mencintaimu, bersedih saat kau bersedih, senang melihatmu tidur dengan lelap malam hari, atau ngigau yang tidak pernah kau sadari. Merasakan hangatnya wajahmu yang mendekapku tanpa sedikit pun pretensi. Mencium wangi tubuhmu yang bercampur keringat saat pulang kerja. Mungkin ini yang orang katakan bahagia itu sederhana.

Lantas, apa yang lebih bahagia dari ini? Meski kau tak pernah tahu bahwa aku selalu menunggumu untuk bercerita tentang bahagia, atau sekali saja kamu memujiku dengan nyaman yang kusaji.  Meskipun tidak pernah, ijinkan aku tetap memberi rasa ini kepadamu. Setidaknya sampai habis masaku. Salam hangat dariku.

dari,

bantal

Ijinkan Aku Sekadar Menghangatkanmu

Untukmu,

Penahkah kamu terpikir bahwa kebahagiaan tertinggi adalah melihat orang yang kita sayang bahagia? Mungkin itu yang aku rasakan selama ini. Melihatmu bersamanya, menyimpan cinta namun menguburnya dalam-dalam. Segalanya berawal dari hujan pada malam itu, kita bersama melewatinya dengan penuh sukacita yang berakhir dengan kita yang saling menghangatkan.

Tentu aku sadar sekali bahwa aku adalah temannya, dia yang selalu kamu puja dalam setiap doa. Namun siapa sangka ternyata aku jatuh cinta pada pertemuan pertama lantas terhempas pada detik setelahnya karena kamu mencintainya. Aku tahu pasti, tidak ada yang dapat ku perbuat. Aku bukan tipe yang senang menyakiti teman, bagaimanapun dia telah berjasa besar untukku selama ini.

Selanjutnya, apa yang dapat kulakukan adalah mendoakanmu selalu bahagia. Dia memang baik, aku tahu pasti itu. Aku telah mengenalnya lebih dulu daripada kamu. Sejak pertemuan kami di sebuah toko dan semakin mengenalnya setiap hari. Karena itulah aku tidak ingin menjadi durhaka dengan mengkhianatinya.

Kamu pantas bersamanya, namun jika diijinkan, aku hanya ingin sekadar menghangatkan. Semoga itu bukan hal muluk, karena di luar sana cuaca memang tidak menentu dan dia memberikanku kepadamu untuk menghangatkanmu, mungkin cuma itu caranya aku dapat memelukmu. Setelahnya, aku hanya akan berlalu. Salam dariku, penuh kehangatan,

dari,

jaket